Halaman

Kamis, 21 Oktober 2010

Vedanta bagi Manusia Global

Upanishad-Upanishad membentuk dasar dari falsafah Vedanta. Vedanta merupakan dasar kebudayaan India. Ia adalah filosofi nasional India. Ia merupakan Mokshasastra atau Pengetahuan Emansipasi. Absolutisme merupakan titik temu dari filsafat Vedanta. Vedanta berpegang pada realitas Jiva yang tidak kasat-indriya, bersifat imanen dan transenden. Ia bukannya mengecualikan materi. Ia tidak mengecualikan apapun. Kesatuan dari semua keberadaan, adalah apa yang diajarkan oleh Vedanta. Ia telah menjaga masyarakat Hindu untuk tetap hidup hingga kini. Vedanta adalah satu-satunya filosofi yang dengan lancang menyebut Tuhan secara langsung, dan bukannya hanya menyebut anak Allah ataupun hamba Tuhan. Ia memproklamasikan dengan penekanan pada, bahwa sesungguhnya Andalah Keabadian itu; semuanya terlingkupi oleh Atman, Jiwa Universal atau esensi dari Brahman Yang Agung.

Kepolosan adalah ciri kunci dari Vedanta. Pesan-pesan yang tersampaikan dalam Vedanta membebaskan dari ketakutan, dan menghantarkan pada kebangkitan kekuatan-jiwa dan penyatuan kesadaran. Vedanta tidak mensyaratkan konversi ataupun proselitasi, namun penelusuran kembali secara mendalam terhadap paradigma manusia-ilahi (divine-human), sebuah pertanyaan balik dari setiap makhluk hidup: "Apakah saya sebenarnya? Apakah Diri-Jati saya?" Vedanta memproklamasikan: "Manusia, secara esensial, identik dengan Sang Makhluk Agung." Vedanta menekankan bahwa kesamaan identitas diri dengan seluruh manusia. Menurut Vedanta, tiada makhluk asing di dunia ini. Setiap orang terkait-erat satu dengan yang lainnya dalam Jiva. Dalam Vedanta, tiada yang disebut sebagai milik-ku dan untuk-ku; namun milik kita dan untuk kita; dan pada akhirnya, Milik-Nya dan untuk-Nya.  Apabila falsafah Vedanta dipahami dengan baik serta diimplementasikan, ia akan memusnahkan segala bentuk kejahatan yang ditimbulkan oleh prasangka rasial dan pengelompokan. Vedanta bukanlah krida atau pernyataan kebulatan tekad, bukan juga sekedar seremoni atau bentuk-bentuk kebaktian. Ia adalah pengetahuan tentang kebajikan hidup. Ia bukan semata-mata monopoli umat Hindu atau para pertapa saja. Ia untuk semua.

Vedanta tak punya pertentangan dengan agama manapun. Ia mengajarkan prinsip-prinsip universal. Vedanta-lah satu-satunya agama universal, dan abadi. Ia adalah suatu pemahaman tingkat tinggi. Ia menyatukan semua. Ia memberi keleluasaan bagi semua. Vedanta mencakup seluruh ajaran agama yang ada di dunia dan cukup kuat untuk menjadikan mereka semua bermanfaat dan bertahan.  Vedanta tidak pernah ikut campur pada bentuk-bentuk. Ia hanya berkepentingan pada kehidupan dari agama-agama itu. Kaum Kristiani tak perlu lagi menyuarakan Kristianitas-nya, Buddhis bisa tetap berpegang teguh pada Jalan Utama Beruas Delapan (Noble Eightfold Path)-nya, Muslim bisa tetap berpegang pada Quran, dan semuanya bisa memahami Vedanta serta merealisasikan semua idealisasi-idealisasi dan kebenaran-kebenaran tinggi yang dikandungnya.

Kecintaan mereka kepada para nabi dan kitab-kitab suci —yang mereka hormati— akan lebih bijak, lebih cerah, dan lebih kokoh. Rasa permusuhan atau dendam religius (religious animosity) akan musnah, dan dunia —bagi mereka— akan bergerak menuju pengakhiran dari friksi apapun; dengan tumbuhnya percaya-diri yang kuat dan itikad-baik yang lebih besar kepada sesama. Vedanta berarti tanpa perbudakan. Ia memberi kebebasan pada semua. Ia tidak pernah menyalahkan siapapun sebagai yang tidak punya harapan, tidak pernah memandang siapapun sebagai terdakwa, namun mewadahi seluruh umat manusia. Vedanta adalah katolik sejati dan juga liberal dalam tampilannya. Vedanta dapat memberi komunitas modern suatu keyakinan umum, sebuah batang-tubuh dari semua prinsip-prinsip, dan sebuah disiplin moral yang bersifat umum. Ia amat ilmiah dan mengandung gugahan-gugahan yang bermanfaat, baik bagi pria maupun wanita masa kini.

Tiada filsafat yang sedemikian polos dan halusnya, sepolos dan sehalus Vedanta. Hanya Vedanta-lah yang dapat mengikis habis penderitaan manusia dan dapat menghadirkan kedamaian dan kebahagiaan abadi. Walaupun hanya sedikit pemahaman dan sedikit praktek sesuai ajaran Vedanta, dapat mengembangkan kemurahan-hati manusia untuk mencapai strata yang tinggi menuju Kesadaran Tuhan dan menyingkirkan semua jenis ketakutan, kekhawatiran, kegelisahan yang bersifat keduniaan. Beberapa orang bodoh mengatakan bahwa, Vedanta hanya mengajarkan keabadian, penghapusan kebencian dan pesimisme. Ini merupakan kekeliruan besar yang amat menyedihkan. Vedanta tidak mengajarkan baik imortalitas ataupun berbeda dengan mortalitas. Vedanta mengarahkanmu pada penghancuran Moha atau cinta yang berdasarkan keakuan dan kenafsuan ragawi, dan mengembangkan kemurnian-batin, cinta-kasih kosmis yang tanpa pamerih maupun kemurahan-hati ilahi yang penuh kasih.

Vedanta tidak pernah mengajarkan pesimisme, sebaliknya mengajarkan puncak dari optimisme. Ketidak-bermoralan merupakan suatu kekeliruan dalam mengembangkan kehidupan. Bila seseorang dapat makan di hotel manapun di belahan bumi manapun juga, jika ia bisa berjalan dengan pria maupun wanita manapun, itu bukan berarti ia seorang Vedantin. Terlalu banyak omong-omong tentang Vedanta kini. Orang-orang pada bicara soal persatuan, kesatuan dan kesetaraan, akan tetapi kenyataannya mempertengkarkan sesuatu yang remeh dan tiada guna samasekali. Mereka dipenuhi iri hati dan kedengkian serta kebencian. Saya benar-benar tak dapat membayangkannya. Saya jadi kelenger.

Saya percaya pada praktek Vedanta. Saya percaya pada praktek-praktek spiritual yang solid. Saya percaya perbaikan menyeluruh dari sifat-sifat keduniaan, tanpa keduniawian dalam berbagai jenisnya. Anda mesti menjadi seorang praktisi Vedantin. Anda harus hidup dalam spirit Vedanta. Berteori dan berkhotbah hanyalah jimnastik-intelektual dan peperangan lingual. Ini belum cukup. Apa gunanya membaca terlalu banyak buku-buku Vedanta seperti: Chit-Sukhi, Khandana Khanda Khadyam, dan sebagainya itu.

Anda semestinya meradiasikan cinta-kasih pada manusia dan semua makhluk hidup. Spirit Vedanta harus mendarah-daging pada sel-sel, jaringan-jaringan, nadi-nadi, otak dan syaraf hingga ke tulang-sumsum Anda. Ia harus merupakan bahagian dan paket dari watak Anda. Anda mesti berpikir tentang kesatuan, membicarakan persatuan dan bersatu dalam berbuat demi persatuan itu sendiri. Mentari, Ganga, bunga-bunga, pohon-pohon cendana, pohon buah-buahan, sapi-sapi —semuanya mengajarkan praktek Vedanta pada dunia. Mereka hidup untuk melayani kemanusiaan dengan semangat tanpa pamerih. Matahari menyinari gubuk seorang petani dan juga istana seorang raja. Air dingin dan menyegarkan dari sungai Ganga diminum oleh semuanya. Bebungaan menebar wanginya kepada semua, tanpa mengharapkan apapun. Cendana menebar aromanya, bahkan pada orang yang menebangnya sekalipun. Semua pohon buah-buahan berprilaku dengan cara yang sama. Wahai... manusia egois, manusia bodoh ! Belajarlah pada para Vedantin dan jadilah bijak.

Vedanta tidak mengajarkan sebuah doktrin peniadaan pada upaya manusia. Ia mengharapkan Anda mengalami suatu perubahan sikap mental. Ia menginginkan suatu perubahan pada sudut pandang. Hingga kini, dunia adalah segalanya. Sejak kini, jadikanlah Kesujatian sebagai segalanya. Suatu ketika hiduplah sepasang sahabat, Ram dan Gopal. Mereka sama-sama filsof. Melalui analisa atas pertanyaan-pertanyaan diri, Ram belajar melihat Keagungan dari Sang Diri Jati Agung terefleksikan dan melingkupi semesta raya. Tetapi Gopal tetap menjadi filsof teoritis, mengutuk semesta sebagai ilusi dan impian yang hanya terdiri dari kejahatan dan sifat-sifat buruk. Suatu ketika, setelah sekian lama, Ram diundang oleh sahabatnya. Gopal mendiskusikan —berlama-lama seperti biasanya— tentang kejahatan di alam ini; tahukah Anda hadiah apa yang dibawa Ram pada sahabatnya?  Ram —setelah berpikir sejenak— mengeluarkan sebuah pecahan cermin dari dompetnya dan memberikannya pada Gopal, seraya berkata, "Inilah hadiah kecil dan tiada nilai dariku. Ia akan membantumu untuk menyadari keindahan dan kharismamu, yang tidak dapat kamu lihat tanpanya."

Gopal memperoleh suatu pelajaran yang berharga, dan sejak saat itu ia mulai memvisualisasikan dan memahami keagungan dari Diri-Jati Agung, yang terefleksi di seluruh semesta. Tiada sesuatupun yang tidak bermanfaat di dunia ini. Nir-ego ada, untuk merefleksikan dan mengagungkan Diri-Jati. Tanpa itu, bagaimana Anda dapat mengetahui eksistensi Diri-Jati? Sesungguhnya, nir-ego adalah cermin yang benar-benar merefleksikan Sang Diri-Jati, untuk disadari sepenuhnya.

Jadi, demikian pula kejahatan; ia juga sebagai cermin untuk dapat melihat kebaikan. Kehadiran para orang-orang suci akan dapat diketahui dengan mudah diantara orang-orang bodoh. Belajarlah untuk melihat kebaikan yang direfleksikan oleh kejahatan, dan katakan, "Kejahatan ada untuk mengingatkan kita pada Kebajikan; yang mudah usang ada, untuk mengingatkan kita tentang yang tak mudah usang.", demikian seterusnya.  Sesungguhnyalah, semesta untuk mengingatkan kita pada Tuhan. Belajarlah untuk tidak mengutuknya sebagai ilusi dan mimpi, namun untuk mengutilisasikannya, menjadikannya prasarana, guna dapat merasakan kehadiran-Nya selalu. Belajarlah untuk membedakan mana yang permanen dan mana yang impermanen. Lihatlah Sang Diri-Jati pada semua makhluk, pada semua objek. Berbagilah apa yang Anda miliki dengan sesama, fisik, mental, moral maupun spiritual, dengan semua. Layani Diri-Jati pada semua. Rasakanlah, ketika Anda melayani orang lain, sebagai melayani diri Anda sendiri. Cintai tetangga Anda seperti halnya Anda mencintai diri Anda sendiri. Cairkanlah semua perbedaan yang bersifat maya itu. Singkirkan semua barier yang memisahkan manusia dengan manusia. Bergabunglah dengan semua. Rangkullah semua. Hancurkan ide-jender dan ide-tubuh, dengan cara senantiasa memikirkan Diri-Jati yang nir-jender, Atman yang nir-tubuh.

Tambatkan batin Anda pada Diri-Jati ketika sedang bekerja. Inilah Vedanta praktis. Inilah esensi dari ajaran Upanishad-Upanishad dan ajaran para Rshi. Inilah kehidupan nyata, abadi dalam Atman. Jadikanlah ia sebuah praktek langsung dalam perjuangan hidup Anda sehari-hari. Anda akan memancarkan cahaya bagaikan seorang Yogi dinamis atau seorang Jivanmukta. Ini tak diragukan lagi.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

makasih dah mau komen