Tujuan:
- Mahasiswa dapat mengidentifikasi objek yang ada pada citra landsat
- Mahasiswa dapat mendelineasi hasil interpretasi citra landsat secara teliti
- Mahasiswa dapat membuat peta hasil interpretasi citra landsat
Alat dan Bahan:
- Citra satelit landsat
- Plastik transparan
- Spidol OHP
- Penggaris
- Gunting
- Alkohol
- Kapas
Dasar Teori:
Interpretasi citra merupakan kegiatan mengidentifikasi objek melalui citra inderaja. Kegiatan ini merupakan kegiatan terpenting dalam inderaja. Karena tanpa dikenali objek yang ada dicitra kita tidak dapat melakukan kegiatan apa-apa terhadap citra tersebut. Untuk dapat mengidentifikasi objek melalui citra perlu dibantu dengan unsur-unsur interpretasi yang terdiri dari rona/warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, asosiasi.
- Rona dan warna: rona ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan objek pada citra, dengan demikian rona merupakan tingakatan dari hitam ke pitih atau sebaliknya. Warna adalah wujud yang tampak pada mata, menunjukkan tingkat kegelapan yang beragam warna biru, hijau, kuning, merah, jingga dan lainnya.
- Bentuk: merupakan variabel kualitatif yang memberikan kerangka suatu objek. Dalam konteks ini bentuk dapat berupa bentuk yang tampak dari luar (umum), maupun menyangkut susunan atau struktur yang lebih rinci. Contoh: gedung perkantoran biasanya berbentuk huruf I, L, atau U. Pohon kelapa berbentuk bintang, sedang pinus berbentuk kerucut.
- Ukuran: merupakan atribut obyek yang berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume. Sebagai contoh: ukuran suatu rumah dibedakan apakah rumah hunian, kantor atau pabrik. Rumah hunian biasanya ukurannya relatif lebih kecil dibandingkan dengan perkantoranatau pabrik.
- Tekstur: biasanya dinyatakan dalam wujud kasar, halus atau bercak-bercak. Contoh: hutan biasanya tampak bertekstur kasar, sedangkan belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus. Permukaan air bertekstur halus, tanaman pekarangan bertekstur sedang sedang sawah bertekstur halus.
- Pola: merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek buatan manusia dan beberapa obyek alamiah yang membentuk susunan keruangan. Contoh: perumahan real estate dikenali dengan pola yang teratur, sedangkan perkampungan menyebar tidak teratur, perkebunan polanya teratur dan dapat dibedakan dengan vegetasi yang lain.
- Bayangan: objek atau gejala yang terletak didaerah bayangan umumnya tidak tampak sama sekali atau kadang tampak samar-samar. Namun demikian merupakan faktor penting untuk mengamati obyek-obyek yang tersembunyi. Contoh: cerobong asap pabrik, menara, bak air yang dipasang tinggi akan tampak dari bayangan, lereng yang terjal akan tampak jelas dari bayangan.
- Situs: merupakan hasil pengamatan dari hubungan antar objek dilingkungan sekitarnya atau letak suatu objek terhadap objek lain, jadi bukan mencirikan suatu objek secara langsung. Contoh: sitius kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi memerlukan pengaturan air yang baik, kompleks pemukiman biasanya memanjang disepanjang jalan, pada tanggul alam, pinggir bentang pantai.
- Asosiasi: keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lain, berdasarkan asosiasi tersebut maka bila telah dikenali satu objek tertentu maka dapat dijadikan petunjuk bagi obyek yang lain. Contoh: jalan kereta api tentu berasosiasi dengan jalan rel kereta api yang berderet, lapangan sepak bola berasosiasi dengan tiang gawang, tribun penonton bila itu stadion yang besar.
Sistem landsat diluncurkan pertama kali oleh NASA (the National Aeronautical and Space Administration) Amerika Serikat pada tanggal 22 Juli 1972 dengan nama ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite). Wahana yang digunakan untuk sensor ERTS-1 ini adalah satelit cuaca NIMBUS. Sesaat sebelum peluncuran ERTS B yaitu pada tanggal 22 Januari 1975, NASA secara resmi mengganti nama progran ERTS menjadi program Landsat untuk membedakan dengan program satelit oceanografi Seasat yang telah direncanakan. Oleh karena itu ERTS-1 diubah namanya menjadi Landsat 1, ERTS B diubah namanya menjadi Landsat 2. Sedangkan generasi selanjutnya yaitu Landsat 3 diluncurkan 5 Maret 1978 (Curran 1985, CP.LO 1996, Lillesand and Kiefer 1997).
Landsat 6 yang diluncurkan 5 Oktober 1993, gagal dalam peluncuran dan tidak mencapai orbit. Sensor yang termuat dalam Landsat 6 adalah sensor ETM (Enhanched Thematic Mapper) yaitu dengan menambahkan saluran thermal (10,4 – 12,6 µm). Landsat 7 yang diluncurkan 15 April 1999 membawa sensor tambahan yaitu ETM+ (Enhanched Thematic Mapper Plus) yang merupakan pengembangan dari generasi Landsat sebelumnya. Desain sensor ETM+ ditambah dua sistem model kalibrasi untuk gangguan radiasi matahari (dual mode solar calibration system) dengan penambahan lampu kalibrasi untuk fasilitas koreksi radiometrik. Landsat 7 ini memiliki ketinggian 705 km, orbit bersifat singkron matahari dengan inklinasi 98,2°, waktu melintasi ekuator 09.45 atau 10.15, periode 98,884 menit, perekaman ulang 16 hari, lebar liputan 185 km, bentuk orbitalnya disamakan menjadi 233 orbit lingkaran dengan luas tampalan samping yang bervariasi mulai 7% di ekuator sampai 84 % pada lintang 81° utara dan selatan (Purwadhi, 2001).
Sensor ETM+ merupakan pengembangan dari sensor Landsat TM. Perbedaan dengan sensor TM adalah adanya penambahan saluran pankromatik dengan panjang gelombang 0,5 – 0,8 µm yang mempunyai resolusi spasial 15 x 15 meter serta perbaikan resolusi spasial untuk saluran inframerah termal dari 120 meter menjadi 60 meter.Hal ini menunjukan bahwa klasifikasi saluran serta kegunaan utama sensor ETM+ sama dengan sensor TM (Purwadhi,2001).
Terapan interpretasi citra landsat telah dilakukan dalam berbagai disiplin ilmu seperti pertanian, botani, kartografi, teknik sipil, pantauan lingkungan, kehutanan, geografi, geofisika, analisis sumber daya lingkungan, perencanaan tata guna lahan, oceanografi, dan sumber daya air (Lillesand and Kiefer 1997).
Karakteristik Slauran Spektral landsat TM
Saluran | Panjang gelombang (µm) | Kegunaan Utama |
1 | 0,45 – 0,52 | Meningkatkan penetrasi kedalam tubuh air, mendukung analisis sifat khas penggunaan lahan, tanah dan vegetasi |
2 | 0,52 – 0,60 | Mengindra puncak pantulan vegetasi pada spektrum hijau yang terletak diantara 2 saluran spektral serapan klorofil, menekankan pembedaan vegetasi dan penilaian kesuburan |
3 | 0,63 – 0,69 | Memisahkan vegetasi, memperkuat kontras antara kenampakan vegetasi dan bukan vegetasi, menajamkan kontras antara kelas vegetasi |
4 | 0,76 – 0,99 | Membantu identifikasi tanaman, memperkuat kontras tanaman – tanah dan lahan – air |
5 | 1,57 – 1,75 | Penentuan jenis tanaman, kandungan air pada tanaman dan kondisi kelembaban tanah |
6 | 10,4 – 12,5 | Klasifikasi vegetasi, analisis gangguan vegetasi, pemisahan kelembaban tanah dan sejumlah gejala lain yang berhubungan dengan panas |
7 | 2,08 – 2,35 | Pemisah formasi batuan |
Sumber: Lillesand and Kiefer 1997
Sistem Satelit Landsat
Satelit Landsat merupakan salah satu satelit sumber daya bumi yang dikembangkan oleh NASA dan Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat. Satelit ini terbagi dalam dua generasi yakni generasi pertama dan generasi kedua. Generasi pertama adalah satelit Landsat 1 sampai Landsat 3, generasi ini merupakan satelit percobaan (eksperimental) sedangkan satelit generasi kedua (Landsat 4 dan Landsat 5) merupakan satelit operasional (Lindgren, 1985), sedangkan Short (1982) menamakan sebagai satelit penelitian dan pengembangan (Sutanto, 1994). Satelit generasi pertama memiliki dua jenis sensor, yaitu penyiam multi spektral (MSS) dengan empat saluran dan tiga kamera RBV (Return Beam Vidicon).
Satelit generasi kedua adalah satelit membawa dua jenis sensor yaitu sensor MSS dan sensor Thematic Mapper (TM). Perubahan tinggi orbit menjadi 705 km dari permukaan bumi berakibat pada peningkatan resolusi spasial menjadi 30 x30 meter untuk TM1 – TM5 dan TM7 , TM 6 menjadi 120 x 120 meter. Resolusi temporal menjadi 16 hari dan perubahan data dari 6 bits (64 tingkatan warna) menjadi 8 bits (256 tingkatan warna). Kelebihan sensor TM adalah menggunakan tujuh saluran, enam saluran terutama dititikberatkan untuk studi vegetasi dan satu saluran untuk studi geologi tabel (2.1) Terakhir kalinya akhir era 2000- an NASA menambahkan penajaman sensor band pankromatik yang ditingkatkan resolusi spasialnya menjadi 15m x 15m sehingga dengan kombinasi didapatkan citra komposit dengan resolusi 15m x 15 m.
Penafsiran citra visual dapat didefiniskan sebagai aktivitas visual untuk mengkaji citra yang menunjukkan gambaran muka bumi yang tergambar di dalam citra tersebut untuk tujuan identifikasi obyek dan menilai maknanya ( howard, 1991 ). Penafsiran citra merupakan kegiatan yang didasarkan pada deteksi dan identifikasi obyek dipermukaan bumi pada citra satelit landsat TM7+. Dengan mengenali obyek-obyek tersebut melalui unsure-unsur utama spectral dan spasial serta kondisi temporalnya.
Teknik penafsiran
Teknik penafsiran citra penginderaan jauh diciptakan agar penafsir dapat melakukan pekerjaan penafsiran citra secara mudah dengan mendapatkan hasil penafsiran pada tingkat keakuratan dan kelengkapan yang baik. Menurut Sutanto, teknik penafsiran citra penginderaan jauh dilakukan dengan menggunakan komponen penafsiran yang meliputi:
- data acuan
- kunci interpretasi citra atau unsur diagnostic citra
- metode pengkajian
- penerapan konsep multi spectral
1. Data acuan
Data acuan diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dan kecermatan seorang penafsir, data ini bisa berupa laporan penelitian, monografi daerah, peta, dan yang terpenting disini data diatas dapat meningkatkan local knowledge pemahaman mengenai lokasi penelitian.
2. Kunci interpretasi citra atau unsur diagnostic citra
Pengenalan obyek merupakan bagian vital dalam interpretasi citra. Untuk itu identitas dan jenis obyek pada citra sangat diperlukan dalam analisis memecahkan masalah yang dihadapi. Karakteristik obyek pada citra dapat digunakan untuk mengenali obyek yang dimaksud dengan unsur interpretasi. Unsur interpretasi yang dimaksud disini adalah :
Asosiasi (korelasi )
Asosiasi menunjukkan komposisi sifat fisiognomi seragam dan tumbuh pada kondisi habita yang sama. Asosiasi juga berarti kedekatan erat suatu obyek dengan obyek lainnya. Contoh permukiman kita identik dengan adanya jaringan tarnsportasi jalan yang lebih kompleks dibanding permukiman pedesaan. Konvergensi bukti Dalam proses penafsiran citra penginderaan jauh sebaiknya digunakan unsure diagnostic citra sebanyak mungkin. Hal ini perlu dilakukan karena semakin banyak unsure diagnostic citra yang digunakan semakin menciut lingkupnya untuk sampai pada suatu kesimpulan suatu obyek tertentu. Konsep ini yang sering disebut konvergensi
Dartar Pustaka:
- Dulbahri, 1985. Interpretasi Citra Untuk survey Vegetasi. Puspics – Bakorsurtanal – UGM, Yogyakarta.
- Sutanto, 1986. Penginderaan Jauh Jilid I, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.