Halaman

Rabu, 09 Desember 2009

praktikum kartografi "peta tematik dan rbi"

1. Maksud dan tujuan
Mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan dasar dan skill dalam memahami dan membaca peta RBI dan tematik serta dapat menentukan kontur interval (interval contour) dan interpolasi titik kontur.
2. Alat dan bahan
 Peta RBI skala 1 : 50.000
 Peta RBI skala 1 : 25.000
 Peta tematik
 Pensil
 Mistar
3. Prosedur kerja
 Menyiapkan peta RBI skala 1 : 50.000
 Menentukan kontur interval (interval contour) peta RBI skala 1 : 50.000
Rumus: Ci
Ci = kontur interval
 Menginterpolasi titik kontur diantara 2 garis kontur peta RBI 1 : 50.000
4. Landasan teori
a) Peta RBI
Peta Rupa Bumi secara umum adalah peta yang menggambarkan kenampakan alamiah (natural freatures) dan kenampakan buatan manusia (man Made freatures). Kenampakan alamiah yang dimaksud misalnya sungai, bukit, lembah, danau, laut, dan lain-lain. Sedangkan kenampakan buatan manusia misalnya jalan, kampong, permukiman, kantor, pasar, dan lain-lain. Peta Rupa Bumi antara lain berfungsi sebagai peta referensi atau acuan dan peta dasar yaitu peta yang dipakai sebagai peta referensi atau acuan dan dasar bagi pembuatan peta tematik.
Peta RBI biasa disebut juga dengan peta topografi atau peta dasar. Peta dasar adalah peta yang digunakan sebagai dasar pembuatan peta lainnya. Untuk pembuatan peta tematik, peta dasar adalah peta yang berisi semua data-data tematis yang akan digambarkan. Pada hakekatnya peta dasar yang digunakan adalah peta topografi yang resmi dari suatu Negara.

praktikum kartografi " komponen peta"

1. Maksud Dan Tujuan
Mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar dalam membuat komponen peta dan memahami arti dari skala, symbol, legenda dan membuat layout peta sesuai dengan kaidah kartografis.
2. Alat Dan Bahan
 Peta dasar
 Peta tematik
 Kertas gambar
 Kertas grafik
 Pesil 2B
 Pensil warna
 Mistar
3. Prosedur Kerja
a) Mempersiapkan peta dasar dan peta tematik
b) Mengamati dan menganalisa komponen peta: skala, symbol, legenda, dan layout peta pada peta dasar dan peta tematik.
c) Membaca peta dasar dan peta tematik dan membandingkan keduanya.
d) Membuat dan mengklasifikasikan symbol
 Menyiapkan peta RBI dan tematik
 Mengamati dan mengklasifikasikan symbol berdaarkan bentuk: titik, garis, area; dan berdasarkan sifatnya: objektif, abstrak dan huruf.
 Mendeskripsikan informasi masing-masing symbol berdasarkan legenda di peta.
e) Membuat contoh layout berdasarkan kaidah kartografis beserta penjelasannya.
4. Landasan Teori
Peta yang baik biasanya dilengkapi dengan komponen-komponen peta, agar peta mudah dibaca, ditafsirkan dan tidak membingungkan. Adapun komponen-komponen yang harus dipenuhi dalam suatu peta antara lain:

a. Judul peta
Judul peta memuat isi peta. Dari judul peta kita dapat segera mengetahui data daerah mana yang tergambar dalam daerah tersebut. Judul peta merupakan komponen yang sangat penting. Biasanya, sebelum membaca dan memperhatikan isi peta, pastilah terlebih dahulu judul yang dibaca. Judul peta hendaknya memuat/mencerminkan informasi yang sesuai dengan isi peta. Selain itu, judul peta jangan sampai menimbulkan penafsiran ganda pada peta.
Judul peta biasanya diletakkan dibagian tengah atas peta. Tetapi judul peta dapat juga diletakkan dibagian lain dari peta, asalkan tidak mengganggu kemanpakan dari keseluruhan peta.
b. Skala peta
Peta merupakan kenampakan permukaan bumi yang digambarkan pada bidang datar yang jauh lebih kecil dari kenyataan. Perbandingan antara ukuran/besarnya kenampakan yang digambarkan dalam peta dengan kenampakan aslinya disebut skala peta. Skala peta adalah perbandingan antara jarak yang memisahkan kedua titik di peta dengan jarak sebenarnya antara kedua titik yang sama dipermukaan bumi, atau skala adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarang di peta dengan jarak sebenarnya dipermukaan bumi, dengan satuan ukuran yang sama. Skala ini sangat erat kaitannya dengan data yang disajikan.
Dengan singkat dapat dinyatakan: jarak = jarak di peta/jarak di permukaan bumi.
Angka perbandingan yang dinyatakan harus menggunakan satuan ukuran yang sama, misalnya cm, yard, inchi dan sebagainya. Jarak yang dimaksud di peta adalah jarak horizontal yaitu jarak yang diproyeksikan dari hasil pengukuran lapangan.
Bila ingin menyajikan data yang rinci, maka digunakan skala besar, misalnya 1 : 5000. Sebaliknya, apabila ingin ditunjukkan hubungan kenampakan secara keseluruhan, digunakan skala kecil, misalnya skala 1 : 1.000.000.

c. Legenda atau keterangan
Legenda pada peta menerangkan arti dari simbol-simbol yang terdapat pada peta. Legenda itu harus dipahami oleh si pembaca peta, agar tujuan pembuatan peta itu mencapai sasaran. Legenda biasanya diletakkan di pojok kiri bawah peta. Selin itu legenda peta dapat juga diletakkan pada bagian lain peta, sepanjang tidak menggangu kenampakan peta secara keseluruhan. Legenda ini merupakan kunci dari pada peta. Jadi harus mengandung keterangan mengenai setiap simbol-simbol yang dipergunakan, baik simbol titik, garis, wilayah maupun simbol-simbol lain. Disamping itu arti singkatan yang dipakai didalam peta harus dicantumkan pula. Legenda diletakkan didalam garis tepi dari peta. Legenda simbol-simbol ditulis menurut kolom, dan legenda simbol wilayah dibuat dalam bentuk empat persegi panjang yang dibatasi oleh garis-garis. Simbol wilayah ditetapkan dalam ukuran yang teratas baru kemudian simbol-simbol lain termasuk simbol konvesionil.
d. Tanda arah atau orientasi
Biasanya diletakkan ditempat yang kosong dan dibuat tegak lurus keatas tepat dibawah judul. Sebenarnya posisi dari orientasi ini tidaklah harus dibawah judul, tetapi tergantung dari posisi peta maupun ruang yang memungkinkan, sehingga memberikan kesan menarik dan harmonis. Bila telah ada grid-gridnya maka panh utara itu tidak perlu. Pada peta arah utara selalu menjadi acuan. Arah utara selalu menghadap keatas/searah judul peta. Bahasa yang digunakan hanya satu, tidak boleh mencampur adukkan bahasa.
e. Simbol
Pada peta, anda juga akan melihat symbol-simbol, gunanya agar informasi yang disampaikan tidak membingungkan. Symbol-simbol dalam peta harus memenuhi syarat, sehingga dapat menginformasikan hal-hal yang digambarkan dengan tepat. Syarat-syarat tersebut adalah:
• Sederhana
• Mudah dimengerti
• Bersifat umum

Macam-macam symbol peta:
1) Macam symbol peta berdasarkan bentuknya
Bentuk-bentuk symbol yang digunakan pada peta berbeda-beda tergantung dari jenis petanya.
• Symbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional, seperti kota, pertambangan, titik trianggulasi (titik ketinggian) tempat dari permukaan laut dan sebagainya.
• Symbol garis, digunakan untuk menyajikan data geografis misalnya sungai, batas wilayah, jalan dan sebagainya.
• Symbol luasan (area), digunakan untuk menunjukkan kenampakan area misalnya rawa, hutan, padang pasir dan sebagainya.
2) Macam-macam symbol peta berdasarkan sifatnya
Symbol-simbol yang terlihat pada peta, ada yang menyatakan junlah dan ada yang membedakan. Berdasarkan sifatnya, symbol peta dibedakan menjadi dua macam yaitu:
• Symbol yang bersifat kualitatif, symbol ini digunakan untuk membedakan persebaran benda yang digambarkan. Misalnya untuk menggambarkan daerah penyebaran hutan, jenis tanah, penduduk dan lainnya.
• Symbol yang bersifat kuantitatif, symbol ini digunakan untuk membedakan atau menyatakan jumlah.
f. Sumber dan tahun pembuatan peta
Sumber peta memberikan informasi tentang keakuratan peta dan masa pakai atau kadaluarsanya sebuah peta. Untuk tujuan penelitian sumber peta sangat penting untuk referensi penelitian. Tahun pembuatan peta berfungsi untuk memberikan informasi kepada pengguna agar tidak salah dalam menggunakan sebuah peta.
g. Proyeksi peta
Bentuk bumi yg selama ini kita liat adalah sebuah model bumi yg dibuat oleh manusia, kadang ada berbentuk bulat kadang berbentuk elips. Tapi sebenarnya bukan seperti itu bentuk bumi, bentuknya adalah tidak beraturan. Dan biar lebih mudah menggambarnya, akhirnya lebih umum menjadi bulat. Dan bentuk bulat ini di dibuat datar oleh peta.
Oleh karena permukaan bumi ini tidak rata alias melengkung-lengkung tidak beraturan, akan tetapi peta membutuhkan suatu gambaran dalam bidang datar, maka diperlukan pengkonversian dari bidang lengkung bumi sebenarnya ke bidang datar agar tidak terjadi distorsi permukaan bumi.
Ini adalah ukuran bumi dalam angka
Ellipticity: 0.003 352 9
Mean radius: 6,372.797 km
Equatorial radius: 6,378.137 km
Polar radius: 6,356.752 km
Aspect Ratio: 0.996 647 1
radius equatornya lebih panjang dari pada radius kutub
Pernah mengupas jeruk? Pasti susah meletakkan kulit jeruk menjadi bidang datar, tetapi kulit jeruk tersambung semua. begitu juga yang di alami oleh kartografer ketika memetakan permukaan bumi, mereka harus memindahkan bagian geografis dengan cara tertentu, menarik dan menggabungkan kembali bagian-bagian tersebut secara bersamaan agar menjadi peta datar yang tersambung. peta tidak terkecuali globe mengalami distorsi dari bumi yang sebenarnya. Untuk wilayah yang lebih kecil, distorsi tidak signifikan karena wilayah yang kecil dalam globe kelihatan seperti permukaan datar. Untuk wilayah yang lebih luas atau untuk tujuan yang butuh akurasi yang tinggi, bagaimanapun distorsi merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu diperlukan proyeksi peta. Dalam penyusunan peta diperlukan suatu proyeksi peta yang memberikan hubungan antara titik-titik di bumi dengan di peta, proyeksi yg dipilih dipersyaratkan memiliki distorsi yang kecil.
Pada prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bidang lengkung ke bentuk bidang datar, dengan persyaratan bentuk yang diubah itu harus tetap, luas permukaan yang diubah harus tetap dan jarak antara satu titik dengan titik yang lain di atas permukaan yang diubah harus tetap.
Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta. Untuk memenuhi semua ketiga persyaratan perubahan dari bidang lengkung ke bidang datar rasanya tidak mungkin, maka ada kompromi-kompromi dalam menggunakan syarat tersebut, sehingga munculah berbagai macam jenis proyeksi. Beberapa jenis proyeksi yang umum adalah silinder/tabung (cylindrical), kerucut (conical), bidang datar (zenithal) dan gubahan (arbitrarry)
Jenis proyeksi yang sering kita jumpai sehari-hari adalah proyeksi gubahan, yaitu proyeksi yang diperoleh melalui perhitungan. Jenis proyeksi yang sering di gunakan di indonesia adalah WGS-84 (World Geodetic System) dan UTM (Universal Transverse Mercator)
WGS-84 (World Geodetic System) adalah ellipsoid terbaik untuk keseluruhan geoid. Penyimpangan terbesar antara geoid dengan ellipsoid WGS-84 adalah 60 m di atas dan 100 m di bawah-nya. Bila ukuran sumbu panjang ellipsoid WGS-84 adalah 6 378 137 m dengan kegepengan 1/298.257, maka rasio penyimpangan terbesar ini adalah 1 / 100 000. Indonesia, seperti halnya negara lainnya, menggunakan ukuran ellipsoid ini untuk pengukuran dan pemetaan di Indonesia. WGS-84 “diatur, diimpitkan” sedemikian rupa diperoleh penyimpangan terkecil di kawasan Nusantara RI. Titik impit WGS-84 dengan geoid di Indonesia dikenal sebagai datum Padang (datum geodesi relatif) yang digunakan sebagai titik reference dalam pemetaan nasional. Sebelumnya juga dikenal datum Genuk di daerah sekitar Semarang untuk pemetaan yang dibuat Belanda. Menggunakan ER yang sama – WGS 84, sejak 1995 pemetaan nasional di Indonesia menggunakan datum geodesi absolut. DGN-95. Dalam sistem datum absolut ini, pusat ER berimpit dengan pusat masa bumi.
Proyeksi UTM merupakan proyeksi Peta yang banyak di pilih dan di gunakan dalam kegiatan pemetaan di Indonesia karena di nilai memenuhi syarat-syarat ideal yang sesuai dengan bentuk, letak dan luas Indonesia. Spesifikasi UTM antara lain adalah (1) menggunakan bidang silender yang memotong bola bumi pada dua meridian standart yang mempunyai faktor skala k=1, (2) Lebar zone 6° dihitung dari 180° BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180° BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri, (3) setiap zone memiliki meridian tengah sendiri dengan faktor perbesaran = 0.9996, (4) Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS dan (5) proyeksinya bersifat konform. Menurut Frans (iagi.net) UTM menggunakan silinder yg membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi), sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yg berhimpit dengan garis bujur pada ellipsoid. Akibatnya, titik2 pada garis tersebut terletak pada kedua bidang, sehingga posisinya walaupun dipindahkan (diproyeksikan), dari ellipsoid ke silinder, tidak akan mengalami perubahan (distorsi).
Proyeksi peta menurut jenis bidang proyeksi dibedakan :
1. Proyeksi bidang datar / Azimuthal / Zenithal
2. Proyeksi Kerucut
3. Proyeksi Silinder
Proyeksi peta menurut kedudukan bidang proyeksi dibedakan :
1. Proyeksi normal
2. Proyeksi miring
3. Proyeksi transversal
Proyeksi peta menurut jenis unsur yang bebas distorsi dibedakan :
1. Proyeksi conform, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya sudut
2. Proyeksi equidistant, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya panjang jarak
3. Proyeksi equivalent, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya luas suatu daerah pada bidang lengkung


5. Hasil Dan Pembahasan
- Hasil pembacaan peta RBI dan peta tematik
a) Untuk peta tematik Indonesia
• Khorat swell
• Main range batholith
• West limit of paleozoic granitic rocks
• Cenozoic sediments
• West limit, pacific belt of cretaceous granite
• DSDP 213, upper paleocene sediments on basalt
In borneo
• Paleogene
• Sungai barito
• Sungai kapuas
• Sungai mahakam
• Neogene sediments
• Cenozoic sediments
• Barito basin (1000-5000)
In sumatra
• Foreland basin (1000-3000)
• Toba caldera
• Outer-arc basin (5000-1000)
• Line of jurasicc rifting
• Cenozoic sediments
• Lampung platform
• Danau toba (sumatra utara)
In new guinea
• New guinea foreland basin (3000-5000)
• Thickening is in upper neogene strata
• Fly river (papua new guinea)
• More head basin (3000)
b) Untuk peta RBI atinggola
• Jalan trans sulawesi (jalan arteri)
• Atinggola (ibukota kecamatan)
• Sawah tadah hujan
• Hutan
• Kebun kelapa
• Buidu limu
• Buidu wapalo
• Butaiya andagile
• Butaiya moango
• Butaiya singaso
• Batu dinding
- Klasifikasi simbol peta
a) Untuk peta RBI atinggola
• Berdasarkan sifat
No Simbol Abstrak Huruf Obyektif
1. Sungai - -

2. Bangunan
- -
3. Sawah - -
4. Jalan
- -

• berdasarkan bentuk
No Simbol Titik Garis Area
1. Sawah
2. Bangunan

3. Jalan

4. Sungai

b) untuk peta tematik Indonesia
• berdasarkan sifat
No Simbol Obyektif Abstrak Huruf
1. Sungai - -
2. Basin - -
3. Danau
- -

• Berdasarkan bentuk
No Simbol Titik Garis Area
1. Sungai - -
2. Basin - -
3. Danau - -


Deskripsi Penglasifikasian Simbol Peta
Deskripsi dari simbol-simbol tersebut adalah untuk sawah berwarna biru muda, untuk bangunan adalah titik berwarna hitam, demikian juga jalan yang disimbolkan dengan garis hitam dan sungai dengan simbol garis bercabang berwarna biru muda. Deskripsi tersebut untuk peta RBI Atinggola.
Untuk peta tematik, simbol-simbol yang digambarkan antara lain simbol garis bercabang berwarna biru muda untuk menggambarkan sungai, lingkaran tak beraturan (hampir oval) kosong untuk menggambarkan danau, sedangkan untuk basin digambarkan dengan simbol seperti simbol danau, hanya saja tidak kosong melainkan berwarna hitam.
Untuk klasifikasi simbol berdasarkan sifat untuk simbol abstrak merupakan gambaran yang tidak sesuai dengan kenyataannya, sedangkan untuk simbol obyektif adalah gambaran simbol yang menyerupai keadaan sesungguhnya. Sedangkan klasifikasi simbol huruf adalh klasifikasi yang menyerupai abstrak namun disamping simbol tersebut diletakkan huruf sebagai pembeda dengan simbol yang lain. Untuk klasifikasi simbol berdasarkan bentuk meliputi simbol titik yang merupakan replica atau gambaran suatu tenpat dalam bentuk titik, biasanya yang dibuat dengan simbol titik antara lain ibukota-ibukota daerah. Simbol garis merupakan replica atau gambaran yang diperuntukkan untuk batas wilayah atau juga jalan yang disimbolkan dengan garis. Untuk simbol area merupakan replica wilayah yang luas, seperti sawah, hutan, perkebunan, dan lain-lain.
- Layout peta
a) Untuk peta tematik Indonesia















Keterangan:
1. Peruntukan/pembuat peta
2. Peta
3. Legenda/penjelasan-penjelasan tentang peta
4. Skala
5. Judul glossary

b) Untuk peta RBI atinggola





c) Untuk peta tematik Indonesia


















Keterangan:
1. Peta
2. Judul peta
3. Skala
4. Daerah
5. Penunjuk letak peta
6. Diagram lokasi
7. Penerbit
8. Pelaksana
9. Keterangan (legenda)
10. Keterangan riwayat
11. Petunjuk pembacaan koordinat geografi
12. Petunjuk pembacaan koordinat UTM
13. Skala batang
14. Keterangan batas administrasi
15. Pembagian daerah administrasi
16. Arah mata angin
Pembahasan
Pada peta tematik Indonesia dapat kita lihat yang digambarkan adalah kenampakan-kenampakn khusus, seperti lempeng-lempeng (plate), basin, sediments, dan lain-lain yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (harus menggunakan bantuan alat. Sedangkan pada peta RBI atinggola yang digambarkan adalah kenampakan-kenampakan alam secara umumnya, seperti jalan (baik yang alami atau setapak maupun jalan raya), pemukiman penduduk, pertanian/perkebunan, dan termasuk segala obyek yang menjadi aktivitas manusia. Jadi dapat disimpulkan perbedaan antara peta tematik dan peta RBI adalah peta tematik adalah peta yang menggambarkan hal-hal yang khusus pada salah satu hal, sementara peta RBI menggambarkan hal-hal yang umum, yang kemudian dapat digunakan sebagai dasar dalam membuat peta tematik.
Untuk klasifikasi symbol peta pada kedua peta hampir sama, dimana baik peta RBI maupun peta tematik sama-sama memiliki symbol dalam dua bentuk yaitu dalam sifat dan bentuk, yang mana untuk peta RBI atinggola memiliki klasifikasi yang lebih banyak secara jumlah karena yang digambarkan adalah umum. Kebalikannya adalah peta tematik.

Untuk layout peta ada sedikit perbedaan antara peta tematik dan peta RBI atinggola, seperti judul yang berbeda penempatan, selain itu keterangan peta pada layout peta RBI atinggola lebih lengkap dari pada peta tematik Indonesia. Hal ini dapat terjadi karena tergantung dari pembuat peta, sepanjang peta tersebut tidak melanggar syarat-syarat kaidah peta. Selebihnya sama saja yang ada pada peta tematik maupun peta RBI tersebut.
6. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dan pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa peta RBI secara umum dalah peta yang menggambarkan kenampakan alamiah dan kenampakan buatan manusia. Kenampakan alamiah yang dimaksud misalnya sungai, bukit, lembah, danau, laut, dan lain-lain. Sedangkan kenampakan buatan manusia misalnya jalan, kampong, permukiman, dan lain-lain. Sedangkan peta tematik adalah suatu peta yang menggambarkan informasi kualitatif dan kuantitatif tentang kenampakan-kenampakan atau konsep yang spesifik yang ada hubungannnya dengan detil topografi tertentu.
Untuk symbol-simbol yang terdapat pada kedua peta berbeda jauh, sesuai dengan pengertian yang dimiliki masing-masing peta, tetapi untuk pengelompokan simbol berdasarkan sifat dan bentuk, kedua peta memiliki persamaan, seperti yang terlihat pada hasil pengamatan.
Untuk layout peta, kedua peta memiliki perbedaan, namun itu semua tergantung dari si pembuat peta dan kebutuhan peta.












Daftar Pustaka
Anonim. 2008. Proyeksi Peta. http://id.wikipedia.org/wiki/Proyeksi_peta (diakses tanggal 10 november 2009).
Anonim. 2007. Proyeksi Peta. http://mbojo.wordpress.com/2007/06/11/proyeksi-peta/ (diakses tanggal 10 november 2009).
Sune, Nawir, dkk. 2009. Modul Praktikum Kartografi. Gorontalo: UNG

Jumat, 20 November 2009

Vedanta bagi Manusia Global



Vedanta bagi Manusia Global
Oleh Sri Swami Sivananda
Upanishad-Upanishad membentuk dasar dari falsafah Vedanta. Vedanta merupakan dasar kebudayaan India. Ia adalah filosofi nasional India. Ia merupakan Mokshasastra atau Pengetahuan Emansipasi. Absolutisme merupakan titik temu dari filsafat Vedanta. Vedanta berpegang pada realitas Jiva yang tidak kasat-indriya, bersifat imanen dan transenden. Ia bukannya mengecualikan materi. Ia tidak mengecualikan apapun. Kesatuan dari semua keberadaan, adalah apa yang diajarkan oleh Vedanta. Ia telah menjaga masyarakat Hindu untuk tetap hidup hingga kini. Vedanta adalah satu-satunya filosofi yang dengan lancang menyebut Tuhan secara langsung, dan bukannya hanya menyebut anak Allah ataupun hamba Tuhan. Ia memproklamasikan dengan penekanan pada, bahwa sesungguhnya Andalah Keabadian itu; semuanya terlingkupi oleh Atman, Jiwa Universal atau esensi dari Brahman Yang Agung.
Kepolosan adalah ciri kunci dari Vedanta. Pesan-pesan yang tersampaikan dalam Vedanta membebaskan dari ketakutan, dan menghantarkan pada kebangkitan kekuatan-jiwa dan penyatuan kesadaran. Vedanta tidak mensyaratkan konversi ataupun proselitasi, namun penelusuran kembali secara mendalam terhadap paradigma manusia-ilahi (divine-human), sebuah pertanyaan balik dari setiap makhluk hidup: "Apakah saya sebenarnya? Apakah Diri-Jati saya?" Vedanta memproklamasikan: "Manusia, secara esensial, identik dengan Sang Makhluk Agung." Vedanta menekankan bahwa kesamaan identitas diri dengan seluruh manusia. Menurut Vedanta, tiada makhluk asing di dunia ini. Setiap orang terkait-erat satu dengan yang lainnya dalam Jiva. Dalam Vedanta, tiada yang disebut sebagai milik-ku dan untuk-ku; namun milik kita dan untuk kita; dan pada akhirnya, Milik-Nya dan untuk-Nya. Apabila falsafah Vedanta dipahami dengan baik serta diimplementasikan, ia akan memusnahkan segala bentuk kejahatan yang ditimbulkan oleh prasangka rasial dan pengelompokan. Vedanta bukanlah krida atau pernyataan kebulatan tekad, bukan juga sekedar seremoni atau bentuk-bentuk kebaktian. Ia adalah pengetahuan tentang kebajikan hidup. Ia bukan semata-mata monopoli umat Hindu atau para pertapa saja. Ia untuk semua.
Vedanta tak punya pertentangan dengan agama manapun. Ia mengajarkan prinsip-prinsip universal. Vedanta-lah satu-satunya agama universal, dan abadi. Ia adalah suatu pemahaman tingkat tinggi. Ia menyatukan semua. Ia memberi keleluasaan bagi semua. Vedanta mencakup seluruh ajaran agama yang ada di dunia dan cukup kuat untuk menjadikan mereka semua bermanfaat dan bertahan. Vedanta tidak pernah ikut campur pada bentuk-bentuk. Ia hanya berkepentingan pada kehidupan dari agama-agama itu. Kaum Kristiani tak perlu lagi menyuarakan Kristianitas-nya, Buddhis bisa tetap berpegang teguh pada Jalan Utama Beruas Delapan (Noble Eightfold Path)-nya, Muslim bisa tetap berpegang pada Quran, dan semuanya bisa memahami Vedanta serta merealisasikan semua idealisasi-idealisasi dan kebenaran-kebenaran tinggi yang dikandungnya.
Kecintaan mereka kepada para nabi dan kitab-kitab suci —yang mereka hormati— akan lebih bijak, lebih cerah, dan lebih kokoh. Rasa permusuhan atau dendam religius (religious animosity) akan musnah, dan dunia —bagi mereka— akan bergerak menuju pengakhiran dari friksi apapun; dengan tumbuhnya percaya-diri yang kuat dan itikad-baik yang lebih besar kepada sesama. Vedanta berarti tanpa perbudakan. Ia memberi kebebasan pada semua. Ia tidak pernah menyalahkan siapapun sebagai yang tidak punya harapan, tidak pernah memandang siapapun sebagai terdakwa, namun mewadahi seluruh umat manusia. Vedanta adalah katolik sejati dan juga liberal dalam tampilannya. Vedanta dapat memberi komunitas modern suatu keyakinan umum, sebuah batang-tubuh dari semua prinsip-prinsip, dan sebuah disiplin moral yang bersifat umum. Ia amat ilmiah dan mengandung gugahan-gugahan yang bermanfaat, baik bagi pria maupun wanita masa kini.
Tiada filsafat yang sedemikian polos dan halusnya, sepolos dan sehalus Vedanta. Hanya Vedanta-lah yang dapat mengikis habis penderitaan manusia dan dapat menghadirkan kedamaian dan kebahagiaan abadi. Walaupun hanya sedikit pemahaman dan sedikit praktek sesuai ajaran Vedanta, dapat mengembangkan kemurahan-hati manusia untuk mencapai strata yang tinggi menuju Kesadaran Tuhan dan menyingkirkan semua jenis ketakutan, kekhawatiran, kegelisahan yang bersifat keduniaan. Beberapa orang bodoh mengatakan bahwa, Vedanta hanya mengajarkan keabadian, penghapusan kebencian dan pesimisme. Ini merupakan kekeliruan besar yang amat menyedihkan. Vedanta tidak mengajarkan baik imortalitas ataupun berbeda dengan mortalitas. Vedanta mengarahkanmu pada penghancuran Moha atau cinta yang berdasarkan keakuan dan kenafsuan ragawi, dan mengembangkan kemurnian-batin, cinta-kasih kosmis yang tanpa pamerih maupun kemurahan-hati ilahi yang penuh kasih.
Vedanta tidak pernah mengajarkan pesimisme, sebaliknya mengajarkan puncak dari optimisme. Ketidak-bermoralan merupakan suatu kekeliruan dalam mengembangkan kehidupan. Bila seseorang dapat makan di hotel manapun di belahan bumi manapun juga, jika ia bisa berjalan dengan pria maupun wanita manapun, itu bukan berarti ia seorang Vedantin. Terlalu banyak omong-omong tentang Vedanta kini. Orang-orang pada bicara soal persatuan, kesatuan dan kesetaraan, akan tetapi kenyataannya mempertengkarkan sesuatu yang remeh dan tiada guna samasekali. Mereka dipenuhi iri hati dan kedengkian serta kebencian. Saya benar-benar tak dapat membayangkannya. Saya jadi kelenger.
Saya percaya pada praktek Vedanta. Saya percaya pada praktek-praktek spiritual yang solid. Saya percaya perbaikan menyeluruh dari sifat-sifat keduniaan, tanpa keduniawian dalam berbagai jenisnya. Anda mesti menjadi seorang praktisi Vedantin. Anda harus hidup dalam spirit Vedanta. Berteori dan berkhotbah hanyalah jimnastik-intelektual dan peperangan lingual. Ini belum cukup. Apa gunanya membaca terlalu banyak buku-buku Vedanta seperti: Chit-Sukhi, Khandana Khanda Khadyam, dan sebagainya itu.
Anda semestinya meradiasikan cinta-kasih pada manusia dan semua makhluk hidup. Spirit Vedanta harus mendarah-daging pada sel-sel, jaringan-jaringan, nadi-nadi, otak dan syaraf hingga ke tulang-sumsum Anda. Ia harus merupakan bahagian dan paket dari watak Anda. Anda mesti berpikir tentang kesatuan, membicarakan persatuan dan bersatu dalam berbuat demi persatuan itu sendiri. Mentari, Ganga, bunga-bunga, pohon-pohon cendana, pohon buah-buahan, sapi-sapi —semuanya mengajarkan praktek Vedanta pada dunia. Mereka hidup untuk melayani kemanusiaan dengan semangat tanpa pamerih. Matahari menyinari gubuk seorang petani dan juga istana seorang raja. Air dingin dan menyegarkan dari sungai Ganga diminum oleh semuanya. Bebungaan menebar wanginya kepada semua, tanpa mengharapkan apapun. Cendana menebar aromanya, bahkan pada orang yang menebangnya sekalipun. Semua pohon buah-buahan berprilaku dengan cara yang sama. Wahai... manusia egois, manusia bodoh ! Belajarlah pada para Vedantin dan jadilah bijak.
Vedanta tidak mengajarkan sebuah doktrin peniadaan pada upaya manusia. Ia mengharapkan Anda mengalami suatu perubahan sikap mental. Ia menginginkan suatu perubahan pada sudut pandang. Hingga kini, dunia adalah segalanya. Sejak kini, jadikanlah Kesujatian sebagai segalanya. Suatu ketika hiduplah sepasang sahabat, Ram dan Gopal. Mereka sama-sama filsof. Melalui analisa atas pertanyaan-pertanyaan diri, Ram belajar melihat Keagungan dari Sang Diri Jati Agung terefleksikan dan melingkupi semesta raya. Tetapi Gopal tetap menjadi filsof teoritis, mengutuk semesta sebagai ilusi dan impian yang hanya terdiri dari kejahatan dan sifat-sifat buruk. Suatu ketika, setelah sekian lama, Ram diundang oleh sahabatnya. Gopal mendiskusikan —berlama-lama seperti biasanya— tentang kejahatan di alam ini; tahukah Anda hadiah apa yang dibawa Ram pada sahabatnya? Ram —setelah berpikir sejenak— mengeluarkan sebuah pecahan cermin dari dompetnya dan memberikannya pada Gopal, seraya berkata, "Inilah hadiah kecil dan tiada nilai dariku. Ia akan membantumu untuk menyadari keindahan dan kharismamu, yang tidak dapat kamu lihat tanpanya."
Gopal memperoleh suatu pelajaran yang berharga, dan sejak saat itu ia mulai memvisualisasikan dan memahami keagungan dari Diri-Jati Agung, yang terefleksi di seluruh semesta. Tiada sesuatupun yang tidak bermanfaat di dunia ini. Nir-ego ada, untuk merefleksikan dan mengagungkan Diri-Jati. Tanpa itu, bagaimana Anda dapat mengetahui eksistensi Diri-Jati? Sesungguhnya, nir-ego adalah cermin yang benar-benar merefleksikan Sang Diri-Jati, untuk disadari sepenuhnya.
Jadi, demikian pula kejahatan; ia juga sebagai cermin untuk dapat melihat kebaikan. Kehadiran para orang-orang suci akan dapat diketahui dengan mudah diantara orang-orang bodoh. Belajarlah untuk melihat kebaikan yang direfleksikan oleh kejahatan, dan katakan, "Kejahatan ada untuk mengingatkan kita pada Kebajikan; yang mudah usang ada, untuk mengingatkan kita tentang yang tak mudah usang.", demikian seterusnya. Sesungguhnyalah, semesta untuk mengingatkan kita pada Tuhan. Belajarlah untuk tidak mengutuknya sebagai ilusi dan mimpi, namun untuk mengutilisasikannya, menjadikannya prasarana, guna dapat merasakan kehadiran-Nya selalu. Belajarlah untuk membedakan mana yang permanen dan mana yang impermanen. Lihatlah Sang Diri-Jati pada semua makhluk, pada semua objek. Berbagilah apa yang Anda miliki dengan sesama, fisik, mental, moral maupun spiritual, dengan semua. Layani Diri-Jati pada semua. Rasakanlah, ketika Anda melayani orang lain, sebagai melayani diri Anda sendiri. Cintai tetangga Anda seperti halnya Anda mencintai diri Anda sendiri. Cairkanlah semua perbedaan yang bersifat maya itu. Singkirkan semua barier yang memisahkan manusia dengan manusia. Bergabunglah dengan semua. Rangkullah semua. Hancurkan ide-jender dan ide-tubuh, dengan cara senantiasa memikirkan Diri-Jati yang nir-jender, Atman yang nir-tubuh.
Tambatkan batin Anda pada Diri-Jati ketika sedang bekerja. Inilah Vedanta praktis. Inilah esensi dari ajaran Upanishad-Upanishad dan ajaran para Rshi. Inilah kehidupan nyata, abadi dalam Atman. Jadikanlah ia sebuah praktek langsung dalam perjuangan hidup Anda sehari-hari. Anda akan memancarkan cahaya bagaikan seorang Yogi dinamis atau seorang Jivanmukta. Ini tak diragukan lagi.***

Jangan Polemikkan Hindu Versi India dan Versi Bali


Jangan Polemikkan Hindu Versi India dan Versi Bali
A.A. Ayu Raka Parwati

Pada masa pemerintahan Presiden Gus Dur di zaman reformasi semua kehidupan bernegara di Nusantara ini mendapat kebebasan, termasuk dalam kehidupan beragama. Perkembangan agama Hindu di Nusantara ini semakin pesat lagi, plus diakuinya berbagai aliran yang bernapaskan Hindu, seperti Sai Baba, Hare Krisnha dan bentuk-bentuk Sampradaya lainnya. Di samping itu juga agama Hindu sudah berani tampil dengan jati diri kedaerahannya, seperti Hindu Jawa, Tengger, Badui atau Banten, Lampung, Toraja dan sebagainya, termasuk Hindu Bali.

Nah, jika kita berbicara tentang masalah Adat Bali, maka kita akan terfokus pada orang sebagai pelaksana adat Bali (baca orang Hindu Bali) dan aturan-aturan yang mengatur tentang adat Bali (awig-awig).
Arti kata ”Bali” itu yang berasal dari kata ”wali” yang dalam istilah Bali diartikan sebagai banten, sesajen atau upakara yang berkaitan dengan persembahan terhadap Hyang Widhi. Jadi kata Bali itu sendiri sesuai arti harafiahnya dapat berarti banten atau dalam istilah Hindu disebut yadnya. Sedangkan kata wali itu dalam istilah Panca Yadnya yang kita kenal di Bali digolongkan dalam Dewa Yadnya (?). Dalam kaitan ini pula sering kita dengar istilah Pujawali, Panca Wali Krama dan sebagainya yang semuanya berkaitan dengan Dewa yadnya.

Secara awam penulis selaku orang Bali asli yang terlahir dan dibesarkan di Bali, dengan bermodalkan kupasan istilah ”Bali" itu saja, penulis berani untuk menjawab, bahwa Bali itu identik dengan Hindu. Belum lagi kalau kita beberkan tentang adat Bali dengan segala macam aturannya (baca awig-awig) yang semuanya nota bene adalah memperkuat sendi-sendi agama Hindu di Bali yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, khususnya Hindu Bali.

Kalau kita lihat polemik yang berkembang belakangan pada era global saat ini yang serba efisien dan multiteknologi,semua merasa diri paling benar. Maaf, bagi umat sedharma yang baru membuka-buka kitab suci Weda, kemudian latah mau mengusik kekhusukan umat Hindu Bali yang mempunyai kekhasan tersendiri yang diwariskan secara turun temurun sebagai adat budaya yang adiluhung. Sebagai umat Hindu yang mau memperdalam ilmu Weda-nya, memang itu sangat diharapkan untuk proses perkembangan dan kebangkitan agama Hindu ke depan secara universal. Tetapi kalau boleh jangan sampai menggiring adat-istiadat yang sudah kita warisi dari leluhur kita ke arah kiblat negara asalnya Weda (India).

Nenek moyang kita super canggih, filterisasi budayanya canggih dari zaman teknologi saat ini, yang bisanya hanya jiplak dan ikut-ikutan serba coba-coba ilmu teknologi, bukan sebagai pencipta ilmu teknologi.

Kalau kita merasa umat sedharma, kenapa kita saling cela sesama umat sedharma? Yang vegetarian mencela teman seumatnya bagai raksasa pemakan daging. Sampai-sampai sesajen atau korban suci yang memakai binatang pun disalahkan. Kenapa baru sekarang semuanya dipermasalahkan? Bercerminlah ke belakang pada perjalanan perkembangan sejarah agama Hindu di Nusantara, khususnya Hindu Bali yang begitu teramat unik di Nusantara.

Mana Lebih Boros, Buat Banten atau Tirthayatra ke India

Belakangan ini Hindu Bali dihujat habis-habisan oleh sentana (penerus atau keturunan) orang Bali sendiri yang berlabelkan Hindu versi Weda ke India-Indiaan. Sesajen, banten, upakara atau upacara-upacara di Bali digugat semuanya, sebagai pemborosan serta pemiskinan secara material ekonomi dan sebagainya. Kalau kita mau bercermin pada diri sendiri, maka eloknya jangan saling mencela. Marilah kita tatap perkembangan Hindu universal di masa mendatang, mau di kemanakan warisan leluhur adat Bali (baca Hindu Bali) dibawa? Pura yang sudah berabad-abad berdiri kokoh mau ditinggalkan, kemudian tidak memakai sesajen karena dalih pemborosan atau pun tidak sesuai dengan ajaran Weda. Lantas umat kita diajak berbondong-bondong bertirthayatra ke India dan sekitarnya.Tidakkah perlu modal biaya besar untuk berthirtayatra ke India?

Sesajen ditiadakan, pura ditinggalkan, apalagi sampai ngaben dianggap boros, lantas uang ditabung hanya untuk thirtayatra. Pastilah leluhur nenek moyang arang Hindu Bali akan merintih meratapi sentana-nya yang berbondong-bondong berthirtayatra ke sana ke mari dengan meninggalkan segala bentuk persembahan-persembahan dan peninggalan-peniinggalan adiluhung warisan nenek moyang.

Marilah kita bersatu kalau mau agama Hindu maju, jangan saling menyalahkan saudara seumat. Yang mau Hindu Weda monggo, silahkan, tapi jangan menggugat Hindu Bali. Berjalanlah sesuai karma bhaktinya masing-masing, semuanya akan kembali kepada cermin atau jati diri sendiri dan kembali kepadaNYA (baca Tat Twam Asi). Yang tidak sesuai dengan desa-kala-patra pastilah akan tereleminasi dengan sendirinya dalam perjalanan sejarah. Apalagi dibarengi dengan SDM umat sedharma kita yang semakin canggih, maka sebodoh-bodohnya nenek moyang kita akan ajaran-ajaran Weda, tetapi peninggalan-peninggalan Hindu dan vibrasi religiusitas kehinduannya yang berupa Iontar-Lontar, naskah-naskah, pustaka-pustaka suci kuno, candi-candi Hindu termegah di Asia Tenggara. Pura Besakih terbesar di Asia Tenggara dan seabrek peninggalan-peninggalan archaeologi yang bernapaskan Hindu masih sangat dihargai oleh dunia. Diagungkan dan dikeramatkan lagi dengan dihidupkannya peninggalan-peninggalan tersebut sebagai tempat-tempat ibadah umat Hindu.

Sekali pun saat ini penulis ada di perantauan sana (pernah di Timor Timur sebelum Iepas dari NKRI) sekarang berdomisili di Alas, Sumbawa Besar - Nusa Tenggara Barat, tetapi penulis sangat fanatik dalam pengamalan agama Hindu (bukan otoritas etnis Bali-nya) melainkan dalam pengertian ”wali” nya sesuai uraian di atas. Penulis kurang merasa sreg kalau beryadnya tanpa sesajen, apalagi di mana-mana merantau ada pura dan sarana untuk mendukung membuat sesajen masih tersedia di sekitar kita, maka nuansa Hindu Bli pun akan terasa khidmat dan kental seperti di Bali. Sekalipun berhari raya besar, seperti Nyepi, hari Galungan dan sebagainya di perantauan, tapi tidak sedikit pun mengurangi penghayatan kita pada Hyang Widhi dan agama Hindu Bali.

Sejak era tahun 80-an saat sampradaya-sampradaya seperti Sai Baba dan Hare Krishna dikibaskan di Indonesia umumnya dan di Bali khususnya, sampradaya-sampradaya ini masih beraktifitas secara sembunyi-sembunyi, karena pemerintah resmi saat itu tidak mengakui keberadaannya. Pernah saat itu penulis saksikan sendiri, mungkin sampradaya tertentu sedang melakukan puja mantram di atas bukit-bukit di tengah-tengah hutan belantara kebun raya Bedugul, Bali. Karena kebetulan saat di bangku kuliah penulis juga aktifis Mapala Universitas Udayana yang pada saat itu sedang menjelajani hutan di Bali Utara. Walaupun saat ini sampradaya-sampradaya itu telah bebas bernapas, kenapa mesti menggugat saudara sendiri yang mewarisi budaya Hindu Bali. Kalau kita semua merasa sebagai intelektual Hindu khususnya dari etnis Bali, menggugat Hindu Bali dengan sudut pandang Hindu India versi Weda, maka sampai kapan pun tidak akan pernah menyatu dalam praktiknya. Hal ini disebabkan oleh karena cara-cara dan sumber aslinya kitab suci sudah berbeda.

Di era tahun 90 - an cendikiawan-cendikiawan Hindu etnis Bali yang ada di perantauan ramai-ramai menggugat sistem kasta di Bali, sama hebohnya dengan polemik PDHB dan PHDI Pusat saat ini. Sama hebohnya menggugat Hindu Bali versi PDHB dengan ciri khas Wali sesuai dengan ide-ide yang dikumandangkan oleh si penggagas PDHB (baca Raditya Edisi 116, Maret 2007, hal 8-9) dengan Hindu versi India yang bersumber pada Weda asli India.

Memang kasta bertentangan dengan Weda dan tak ada dalam weda, namun apa yang terjadi dilihat dalam praktiknya 10 tahun perjalanan Hindu di Bali, sistem wangsa di Bali masih tetap eksis, karena saling keterkaitan dengan adat-istiadat Bali sebagai penyangga agama Hindu di Bali. Selain itu juga karena wangsa di Bali tidak bisa terlepas dengan keberadaan pura-pura besar sampai pura-pura kecil yang berwujud Merajan, Taksu. Kalau ada yang menggugat sistem wangsa di Bali, maka sama halnya mempunyai ide-ide untuk membulduser pura-Pura di Bali, yang hampir seluruh pura di Bali termasuk Pura Besakih merupakan perwujudan tempat-tempat suci yang berbau soroh, klen dan sejenisnya. Coba direnungkan, kita murni Hindu Bali etnis Bali, bukan dari etnis India. Sekali pun asal Hindu pertama kalinya dari India, tetapi budaya Bali tidak idem dengan budaya India, kendati sama-sama penganut Hindu.

Sesuai dengan tema tulisan ini, penulis bukan bermaksud membawa misi PDHB, melainkan murni bermaksud membuka wawasan cakrawala cendikiawan-cendikiawan Hindu yang dengan gigih memper-juangkan visi misi Hindu Universal. Tidak ada yang salah dalam hal ini di era reformasi global, silahkan berkibar sesuai dengan visi misi kehinduannya asal tidak saling menggugat. Bukankah tindakan saling mencela, saling menghujat merupakan praktik adharma? Marilah kita saling introspeksi diri (hayati Bhineksa Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa). Bagaimana kita bisa ikut berperan mengajegkan Bali atau mengajegkan Hindu Bali kalau kiblatnya ke Hindu India. Ibarat rebutan tulang tanpa isi (baca megarang balung tanpa isi), berpolemik tiada henti-hentinya.

Penulis ikut miris menyaksikan adegan drama elit - elit cendikiawan Hindu yang duduk di PIDI Pusat maupun yang berseberangan prinsip. Hentikan polemik di tingkat elit, kasihan umat Hindu kita yang masih awam akan semakin kebingungan menyaksikan adegan elit-elit Hindu di atas.

(Penulis adalah Alumnus Archaeologi (Efigrafi) Universitas Udayana. Berdomisili di Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat).

Sumber : hindu-raditya.net

Minggu, 15 November 2009

linguistik

1. Fonologi

Istilah fonologi kata terambil dari kata bahasa Latan, yang terdiri atas fon=bunyi dan logos=lime. Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam Fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia, yang dipelajari dalam Fonologi kita sebut dengan istilah fone, Misalnya saja fonem [l] dengan [r]. Jika kedua fonem tersebut berdiri sendiri, pastilah kita tidak akan menangkap makna atau istalah, Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem tersebut kita gabungkan dengan fonem lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l] dan [r] bisa membentuk makna /marah/ dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan malah mungkin mereka anggap sama karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem [l].

Sekarang coba Anda perhatikan bunyi gebrakan tangan di atas meja. Apakah bunyi tersebut termasuk ke dalam kategori fonem? jika Anda menjawab Iya, Anda harus membaca kembali kalimat sebelumnya. Tapi, jika jawaban Anda Bukan….Selamat! Anda telah berhasil memahami tentang fonem. Bunyi gebrakan tangan di atas meja mungkin bisa memiliki makna atau pun membedakan makna, tapi apakah bunyi tersebut termasuk ke dalam bunyi bahasa?

2. Fonetik

Fonetik “phonetics” adalah ilmu yang mengkaji bunyi-bunyi tanpa memperhatikan fungsi untuk membedakan makna. Fonetik akustis melukiskan bagaimana bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat bicara yang kemudian berwujud gelombang-gelombang bunyi melewati udara sampai ke telinga pendengar. Dalam kaitan ini dihubungkan alat-alat elektronik untuk membantu menelitinya. Tanpa bantuan alat-alat elektronik itu pendekatan ini tidak dapat dilaksanakan, dan karna itu tidak diperhatikan orang.

Fonetik auditoris melukiskan bunyi-bunyi bahasa yang diterima oleh alat dengar orang yang diajak bicara. Pendekatan ini memperhatikan pengaruh bunyi terhadap syarap pendengar. Karena proses perolehan bunyi melewati syarap pendengar sulit dianalisis,maka pendekatan ini pun tidak diperhatikan orang. Sehubungan dengan fonetik organis ini,kita wajib mengetahui alat bicara yang berfungsi ketika memformasikan bunyi-bunyi bahasa dan bunyi-bunyi bahasa apa saja yang dihasilkan.

3. Fonem dan Persoalannya

Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna atau bunyi.Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata "cagar" dan "cakar". Tetapi dalam bahasa Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/.Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi] atau [provinsi] tetap sama saja.

Setiap bahasa mempunyai seperangkat atau sejumlah ponem, tetapi Bloomfield (1962:21) mengatakan, bahwa fonem itu berjumlah antara 15-75 buah. Misalnya,dalam bahasa Belanda terdapat 40 fonem (Uhlenbeck;1982:24),dalam bahasa Gorontalo terdapat 10 vokai dan 22 konsonan (Pateda;1999:15), sedangkan dalam bahasa Inggris hanya konsonan saja sudah berjamblan 24 buah (Gleason;1961:275). Maka kita bias bedakan antara vokal dan konsonan itu,hanya terletak pada ada tidaknya halangan ketika bunyi-bunyi itu difonasikan. Kalau bunyi itu mendapat halangan ketika difonasikan,maka fonem tersebut disebut konsonan misalnya/b,d,g,h,k,i/,sedangkan kalau bunyi itu keluarsecara leluasa ketika difonasikan,maka bunyi tersebut disebut vocal misalnya/a,I,u/.

1.1 Pengertian Batuan Sedimen

Batuan sediment atau sering disebut sedimentary rocks adalah batuan yang terbentuk akibat proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses pelapukan dan erosi yang kemudian tertransportasi dan seterusnya terendapkan.Batuan sediment ini bias digolongkan lagi menjadi beberapa bagian diantaranya batuan sediment klastik, batuan sediment kimia, dan batuan sediment organik. Batuan sediment klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari material-material yang mengalami proses transportasi. Besar butir dari batuan sediment klastik bervariasi dari mulai ukuran lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks). Contohnya batu konglomerat, batu pasir dan batu lempung. Batuan sediment kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari migrasi. Contohnya anhidrit dan batu garam (salt). Batuan sediment organik terbentuk dari gabungan sisa-sisa makhluk hidup. Batuan ini biasanya menjadi batuan induk (source) atau batuan penyimpan (reservoir).

2.2 Tektur Batuan Sedimen
Sebagian besar batuan sedimen dibedakan dari batuan lain karena tersusun oleh butiran hasil rombakan batuan lain yang lebih tua, butiran-butirannya mempunyai kontak tangensial yang membentuk lubang-lubang bila dilihat dalam rangkaian tiga dimensi.
1. Tekstur Klastik
Untuk mendiskripsikan tekstur klastik kenampakan yang perlu diperhatikan adalah ukuran dan tingkat keseragaman partikel serta bentuk.
a. Ukuran dan tingkat keseragaman partikel
Ukuran butir sedimen merupakan faktor penting dalam penamaan batuan sedimen, klasifikasi yang digunakan biasanya adalah klasifikasi Wentworth. Tingkat keseragaman butir atau sortasi merupakan tingklat kopentensi dan efisiensi media pengangkutnya, di bedakan menjadi :
ØVery well sorted
ØWell sorted
ØModerately sorted
ØVery poorly sorted
b. Bentuk
Dalam mendiskripsikan bentuk partikel, dua sifat harus dibedakan yaitu Spericity dan Roundness.
Sphericity adalah pendekatan setiap individu partikel ke bentuk bola, sepenuhnya tergantung pada bentuk asli partikel, sedanglan abrasi merupakan faktor minor. Istilah deskriptif paling bagus dipakai untuk partikel pasir atau yang lebih kasar berdasarkan diameter maximum, minimum dan intermedit. Ada empat bentuk dasar yang dipakai yaitu equant, tabular, prolate, dan bladed.
Roundness adalah suatu ukuran adanya abrasi yang menyebabkan proses pembundaran pada sudut-sudut atau ujung-ujung fragmen. Istilah kualitas yang dipakai yaitu angular, subangular,subrounded, rounded, dan well rounded.

2. Tekstur Non Klastik

Batuan Sedimen Non Klastik ini merupakan batuan sedimen yang terbentuk oleh organisme atau dari suatu proses kimiawi. Dalam pengertian lain, Batuan Sedimen Non Klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari kegiatan atau aktifitas organik dan kimiawi. Dan dia tidak tertransportasi seperti halnya Batuan Sedimen Klastik.
Bicara tentang Batuan ini kita harus tahu strukturnya bagaimana sehingga dapat membedakannya dengan batuan sedimen klastik.
Mengutip dari bukunya pa Suhartono >> (Suhartono, 1996 : 56-57)
terdapat bermacam-macam Struktur
Batuan Sedimen Non Klastik
a. Fossilliferous
b. Oolitik
c. Pisolitik
d. Konkresi
e. Bioherm
f. Cone in cone
g. Biostrom
h. Septaria
i. Geode
j. Styolit

Klo ada pengertian musti ada contoh batuan
Contoh Batuan Sedimen Non Klastik adalah Batu Gamping Terumbu


proses pembentukan Batu Gamping Terumbu berasal dari penggumpalan plankton, moluska, algae, yang kemudian membentuk terumbu. Jadi, Batu Gamping Terumbu berasal dari organisme.

Tekstur non klastik terutama dihasilkan oleh presipitasi kimiawi dan aktifitas organisme. Contoh-contoh batuannya adalah :
Ø Evaporit yaitu batuan hasil penguapan garam batu, anhidrit, gips, garam kali dan lain-lain.
Ø Sedimen organik, sisa-sisa dari zat-zat hidup misal gambut
Ø Sedimen silika misal nodul dan konkresi

2.3 Struktur Batuan Sedimen

Struktur sedimen umumnya dibedakan menjadi 3 golongan yaitu :

1. Struktur anorganik terutama pelapisan, contoh : graded beds, cross beds, mudcraks.

2. Struktur biogenik terdiri dari struktur jejak dan boring

3. Struktur deformasi terdiri dari convolute bedding, ball and pillow dan diapiric.

Berbagai sifat fisik sedimen ditelaah sesuai dengan tujuan dan kegunaannya. Diantaranya adalah tekstur sedimen yang meliputi ukuran butir (grain size), bentuk butir ( partikel shape), dan hubungan antar butir (fabrik), struktur sedimen, komposisi mineral, serta kandungan biota. Dari berbagai sifat fisik tersebut ukuran butur menjadi sangat penting karena umumnya menjadi dasar dalam penamaan sedimen yang bersangkutan serta membantu analisa proses pengendapan karena ukuran butir berhubungan erat dengan dinamika transfortasi dan deposisi (Krumbein dan Sloss (1983)). Berkaitan denga sedimentasi mekanik ukuran butir akan mencerminkan resistensi butiran sedimen terhadap proses pelapukan erosi/abrasi serta mencerminkan kemampuan dalam menentukan transfortasi dan deposisi. Dengan melihat cara transfor sedimen dapat dilihat melalui:

1.Transfor Sedimen pada Pantai Pettijohn (1975), Selley (1988) dan Richard (1992) menyatakan bahwa cara transfortasi sedimen dalam aliran air dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
a Sedimen merayap (bed load) yaitu material yang terangkut secara menggeser atau menggelinding di dasar aliran.

b Sedimen loncat (saltation load) yaitu material yang meloncat-loncat bertumpu pada dasar aliran.
c Sedimen layang (suspended load) yaitu material yang terbawa arus dengan cara melayang-layang dalam air.

2. Transfor Sedimen Sepanjang Pantai

Transfor sedimen sepanjang pantai merupakan gerakan sedimen di daerah pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya (Komar : 1983). Transfor sedimen ini terjadi di daerah antara gelombang pecah dan garis pantai akibat sedimen yang dibawanya (Carter, 1993). Menurut Triatmojo (1999) transfor sedimen sepanjang pantai terdiri dari dua komponen utama yaitu transfor sedimen dalam bentuk mata gergaji di garis pantai dan transfor sedimen sepanjang pantai di surf zone.

Transfor sedimen pantai banyak menimbulkan fenomena perubahan dasar perairan seperti pendangkalan muara sungai erosi pantai perubahan garis pantai dan sebagainya (Yuwono, 1994). Fenomena ini biasanya merupakan permasalahan terutama pada daerah pelabuhan sehingga prediksinya sangat diperlukan dalam perencanaan ataupun penentuan metode penanggulangan. Menurut Triatmojo (1999) beberapa cara yang biasanya digunakan antara lain adalah :
a. Melakukan pengukuran debit sedimen pada setiap titik yang ditinjau, sehingga secra berantai akan dapat diketahui transfor sedimen yang terjadi.

b. Menggunakan peta/ foto udara atau pengukuran yang menunjukan perubahan elevasi dasar perairan dalam suatu periode tertentu. Cara ini akan memberikan hasil yang baik jika di daerah pengukuran terdapat bangunan yang mampu menangkap sedimen seperti training jetty, groin, dan sebagainya.

c. Rumus empiris yang didasarkan pada kondisi gelombang dan sedimen pada daerah yang di tinjau

3. Sedimentasi Pada Muara Sungai

Muara sungai dapat dibedakan dalam tiga kelompok yang tergantung pada faktor domonan yang mempengaruhi. Yaitu didominasi faktor gelombang, debit sungai atau pasang surut. Pada kenyataannya ketiga sungai tersebut akan bekerja secra simultan, walaupun salah satunya akan terlihat lebih dominan pada daerah muara dimana gelombang lebih dominan biasanya akan mengakibatkan tertutupnya muara sungai akibat transfor sedimen sepanjang pantai yang dibawanya masuk ke alur sungai.

2.4. Kegunaan Batuan dan Mineral

Bumi dibungkus dengan lapisan luar berbentuk batuan keras yang disebut kerak bumi. Batuan yang membentuk kerak ini terdiri dari 3 jenis yaitu :

a) Batuan beku

b) Batuan sedimen

c) Batuan malihan atau metamorf

Batuan terbentuk dari kombinasi dari satu atau lebih mineral, biasanya terdiri dari unsur seperti oksigen, karbon dan besi. Ada sekitar 3000 mineral yang berbeda yang dapat ditemukan di bumi. Dengan demikian batuan dan mineral tidaklah asing bagi kita semua, sebab keduanya ada disekitar kita dipakai sebagai bahan bangunan bahkan dibuat sebagai perhiasan. Keping silikon di dalam komputer dan banyak perkakas rumah tangga dibuat dari mineral silika. Di bawah ini terlihat gambar beberapa batuan dan mineral yang paling banyak terdapat di bumi ini.

Pemakaian batuan pada dasarnya tergantung pada kekhususannya. Batuan yang agak keras atau tahan seperti granitdan batu sabak, merupakan bahan bangunan yang baik, maka batuan ini dipakai untuk bangunan. Pualam, suatu batuan keras, mengkilat dan berpola-pola, penggunannya bermaca-macam, baik untuk bangunan maupun hiasan. Batu gamping dan tanah liat merupakan bahan baku pembuatan semen.

Mineral adalah unsur an organik pembentuk batu-batuan. Ada berbagai jenis mineral, pembedanya berdasarkan kilap, kekerasan, warna, warna gores, ira (belahan), pecahan, dan berat jenisnya. Sebagian besar batuan mengandung dua atau tiga mineral, tetapi beberapa hanya mengandung beberapa macam saja.

zama dan sifat kelompok batuan ditentukan oleh kandungan dan proposi mineralnya. Karena setiap kelompok mineral berkaitan dengan jenis khusus batuan, maka sifat ini sangat memudahkan ahli geologi dalam mengenali batuan.

2.5 Jenis-jenis Batuan Sedimen

1.Breksi1.

Breksi memiliki butiran-butiran yang bersifat coarse yang terbentuk dari sementasi fragmen-fragmen yang bersifat kasar dengan ukuran 2 hingga 256 milimeter. Fragmen-fragmen ini bersifat runcing dan menyudut. Fragmen-fragmen dari Breksi biasanya merupakan fragmen yang terkumpul pada bagian dasar lereng yang mengalami sedimentasi, selain itu fragmen juga dapat berasal dari hasil longsoran yang mengalami litifikasi.
Komposisi dari breksi terdiri dari sejenis atau campuran dari rijang, kuarsa, granit, kuarsit, batu gamping, dan lain-lain.

2. Konglomerat

Konglomerat hampir sama dengan breksi, yaitu memiliki ukuran butir 2-256 milimeter dan terdiri atas sejenis atau campuran rijang, kuarsa, granit, dan lain-lain, hanya saja fragmen yang menyusun batuan ini umumnya bulat atau agak membulat.
Pada konglomerat, terjadi proses transport pada material-material penyusunnya yang mengakibatkan fragmen-fragmennya memiliki bentuk yang membulat.

3. Sandstone

Sandstone atau batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang terbawa oleh aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi. Batu pasir umumnya digolongkan menjadi tiga kriteria, yaitu Quartz Sandstone, Arkose, dan Graywacke.

  • Quartz Sandstone

Quartz sandstone adalah batu pasir yang 90% butirannya tersusun dari kuarsa.Butiran kuarsa dalam batu pasir ini memiliki pemilahan yang baik dan ukuran butiran yang bulat karena terangkut hingga jarak yang jauh. Sebagian besar jenis batu pasir ini ditemukan pada pantai dan gumuk pasir.

  • Arkose

Arkose adalah batu pasir yang memiliki 25% atau lebih kandungan feldspar. Sedimen yang menjadi asal mula dari Arkose ini biasanya hanya mengalami sedikit perubahan secara kimia. Sebagian arkose juga memiliki sedikit butiran-butiran yang bersifat coarse karena jarak pengangkutan yang relatif pendek.

  • Graywacke


Graywacke adalah salah satu tipe dari batu pasir yang 15% atau lebih komposisinya adalah matrix yang terbuat dari lempung, sehingga menghasilkan sortasi yang jelek dan batuan menjadi berwarna abu-abu gelap atau kehijauan.

4. Shale
Shale adalah batuan sedimen yang memiliki tekstur yang halus dengan ukuran butir 1/16 hingga 1/256 milimeter. Komposisi mineralnya umumnya tersusun dari mineral-mineral lempung, kuarsa, opal, kalsedon, klorit, dan bijih besi. Shale dibedakan menjadi dua tipe batuan, yaitu batu lanau dan batu lempung atau serpih. Batu lanau memiliki butiran yang berukuran anara batu pasir dan batu serpih, sedangkan batu lempung memiliki chiri khas mudah membelah dan bila dipanasi menjadi plastis.

5. limestone

Limestone atau batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki komposisi mineral utama dari kalsit (CaCO3). Teksturnya bervariasi antara rapat, afanitis, berbutir kasar, kristalin atau oolit. Batu gamping dapat terbentuk baik karena hasil dari proses organisme atau karena proses anorganik. Batu gamping dapat dibedakan menjadi batu gamping terumbu, calcilutite, dan calcarenite.

  • Calcarenite


Calcarenite memiliki ukuran butir 1/16 hingga 2 milimeter, batuan ini terdiri dari 50% atau lebih material carbonate detritus, yaitu material yang tersusun terutama atas fosil dan oolit.

  • Calcilutite

Calcilutite terbentuk jika ukuran butiran dari calcarenite berubah menjadi lebih kecil hingga kurang dari 1/16 milimeter yang kemudiaan mengalami litifikasi.

  • Gamping Terumbu


Batu Gamping terumbu terbentuk karena aktivitas dari coral atau terumbu pada perairan yang hangat dan dangkal

6. Saltstone

Saltstone terdiri dari mineral halite (NaCl) yang terbentuk karena adanya penguapan yang biasanya terjadi pada air laut. Tekstur dari batuan ini berbentuk kristalin.

7. Gipsum

Gipsum tersusun atas mineral gipsum (CaSO4.H2O). Sama seperti dengan Saltstone, batuan ini terbentuk karena kandungan uap air yang ada menguap. Tekstur dari batuan ini juga berupa kristalin.

8. Coal

Coal atau batu bara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari kompaksi material yang berasal dari tumbuhan, baik berupa akar, batang, maupun daun. Teksturnya amorf, berlapis, dan tebal. Komposisinya berupa humus dan karbon. Warna biasanya coklat kehitaman dan pecahannya bersifat prismatik.

Batu bara terbentuk pada rawa-rawa pada daerah beriklim tropis yang airnya mengandung sedikit oksigen. Bagian dari tumbuhan jatuh dan mengendap di dasar rawa semakin lama semakin bertambah dan terakumulasi. Material tersebut lama-kelamaan terkubur oleh material di atasnya sehingga tekanannya bertambah dan air keluar, dan kemudian mengalami kompaksi menjadi batu-bara.